Kamis, 20 Oktober 2011

Gempa & Tsunami Aceh hasil Uji Coba HAARP???

Sebagian besar orang menganggap Tsunami Aceh adalah bencana alam murni, sebagian kecil lainnya melihat “out of the box” bahwa tsunami adalah hasil rekayasa senjata thermonuklir Amerika yang diujicobakan. Salah satu dari mereka, M.Dzikron AM, dosen Fak Teknik Unisba menjelaskan hipotesa tentang hal ini,


1. NOAA, National Oceanic and Atmospheric Administration, beberapa kali merubah data magnitudo dan posisi episentrum gempa, serta kejanggalan tidak adanya peringatan pada ‘seismograf’ di Indonesia dan India. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh apa yang disebut frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan sebuah proses yang terjadi secara mendadak spt tsunami di Aceh.


2. Sebagian besar mayat yang ditemukan terbujur kaku dengan kulit berwarna hitam pekat, kematian akibat tenggelam tidak akan mengubah warna kulit sedemikian cepat dan sedemikian hitam, sebaliknya mayat-mayat hitam juga nampak pasca dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.




3. Kapal-kapal perang Amerika berdatangan dengan cepat dan bertahan di Aceh selama beberapa bulan bukan sekedar memasukkan bantuan namun juga mengawasi wilayah laut agar peneliti Indonesia tidak turun ke sana.


4. Ditemukan sampah nuklir 2 bulan pasca tsunami di wilayah Somalia yang kemudian diungkap UNEP, yang diduga berasal dari Samudera Hindia.


Penjelasan


Jenis senjata HAARP yang digunakan diperkirakan disebut Warhead Thermonuklir W-53 dengan kekuatan 9 megaton ternyata dapat dengan mudah ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat selam dalam) yang biasanya digunakan dalam eksploitasi minyak. Wadah ini sekaligus melindunginya dari tekanan sebesar 10.000 pon per inchi persegi di dasar palung laut dalam. Bobot total dengan wadahnya kurang dari lima ton, sehingga dapat dijatuhkan dari buritan kapal suplai anjungan pengeboran minyak lepas pantai. Metode teknologinya disebut SCALAR, yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk memanipulasi kekuatan alam.


Teknologi perusak berbasis gelombang elektromagnetik pertama kali dikenalkan saintis Rusia Nikola Tesla Saintis ini menjadikan bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan alat yang mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu badai dan gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat itu mampu mengalahkan kekuatan Nuklir. Belakangan senjata pemusnah massal itu dikenal sebagai elektromangnetik SCALAR. Anehnya, rancangan Tesla ini kemudian hilang tak berbekas setelah ia meninggal dan muncul kembali dalam program HAARP, padahal ketika pertama kali ditawarkan kepada Pentagon, rancangan Tesla ini ditolak mentah-mentah.


Menurut Bertell, AS sudah melakukan uji coba sejak puluhan tahun lalu. Negeri Paman Sam menggunakan Barium dan Lithium yang “dikirim” ke lapisan ozon dengan bantuan gelombang elektromagnetik ke langit negara-negara asia. Teori Bertell didukung Michel Chossudovsky yang berprofesi sebagai analis persenjataan global. Chossudovsky menuduh Pentagon sudah lama membuat senjata untuk memanipulasi cuaca. April 1997, menurut Menhan William Cohen, AS terpaksa menghadapi serangan senjata perubah cuaca dengan senjata sejenis. Demikian juga dengan penggunaan gelombang elektromagnetik pemicu gempa dan tsunami.


Apa yang dijelaskan Bartell dan Chossudovsky sebenarnya berada di luar nalar logika kita, sehingga kita lebih percaya bahwa sebuah tsunami terlalu musykil dibuat dan dirancang oleh manusia. Namun bila kita memikirkan isu apa yang saat ini digadang-gadang oleh Amerika dan sekutunya, khususnya mereka yang terlibat dalam manipulasi Pemanasan Global, maka senjata HAARP bukan lagi cerita fantasy Hollywood, seperti orang-orang di seluruh dunia yang sebelumnya tidak pernah percaya pada Bom Atom yang dijatuhkan Enola Gay ternyata hasil rekayasa teknologi nuklir yang pada masa itu dianggap begitu canggih.


Seperti kita ketahui HAARP (High Altitude Atmospheric Research Project) adalah senjata yang didisain untuk menciptakan bencana alam seperti gempa, badai dan tsunami. HAARP memiliki alasan sendiri untuk dijadikan sebagai kekuatan baru dalam isu pemanasan global, seperti dalam project teranyar mereka yang menggunakan ELF (Extremely Low Frequency) untuk menembus lapisan tanah dan es kemudian menghancurkan/melelehkan lempeng artik, melubangi ozon seperti yg sdh dijelaskan, membuat gempa spt di Haiti, China dan Korea, serta menciptakan ‘hurricane‘.

Seminar dan Simposium Internasional Rekayasa Gempa dan Penanganan Kerusakan

Magister Pengelolaan Sarana Prasarana Sekolah Pascasarjana, Program Studi Teknik Sipil UGM bekerjasama dengan Pusat Studi Ilmu Teknik UGM menggelar seminar dan simposium internasional bertema “Eartquake Engineering And Infrastructure & Building Retrofitting”, Senin, (28/8), di Hotel Santika, Yogyakarta. Kegiatan yang didukung JICA, HATHI, HAKI, POSYANIS dan Kimpraswil DIY, merupakan kegiatan ketika penaganan gempa memasuki masa awal rekontruksi dan recovery. Karenanya, dari kegiatan ini diharapkan mampu mempertemukan para ahli di bidangnya, guna memberikan masukan kepada pemerintah daerah dan masyarakat pada proses recovery yang sedang berlangsung.
“ Jadi judul ertquake engineering merupakan rekayasa gempa yang sesungguhnya setiap tahun kita adakan. Seperti engineering seminar, kami di Pusat Studi Ilmu Teknik rutin mengadakan. Seminar ini biasanya skopnya nasional, tapi kali ini dicoba secara internasional karena interest masyarakat dunia sedang tertuju ke Jogja”, ujar Dr Nizam selaku panitia seminar dan simposium.
Kata Pak Nizam, dalam acara dibahas pula tentang building retrofitting, yaitu perbaikan sarana dan prasarana rumah-rumah akibat gempa. Karena saat terjadi gempa terdapat rumah-rumah yang tidak ambruk. Rumah-rumah ini dinilai, tidak aman untuk di huni.
“Mungkin pas kelewatan gempa tidak ambruk. Sehingga hasil-hasil dari ini akan kita sosialiasikan pada masyarakat dan Pemda”, tambah dosen Jurusan Teknik Sipil FT UGM.
Lebih lanjut, kata Nizam, saat ini UGM mengembangkan apa yang disebut RANTAS CEPAT, berupa rumah tahan gempa sistim cetak di tempat. Rumah yang dikembangkan di daerah gempa (27/5) ini, merupakan rumah cepat yang relatif murah.
“Rumah yang memanfaatkan limbah-limbah setempat, yang dicetak menjadi rumah ini tidak perlu lagi membuang limbah reruntuhan, tak perlu mendatangkan bata baru atau material baru”, lanjut Nizam.
Dalam hitungan Pak Nizam, selama masih tersisa material reruntuhan, maka harga rumah Rantas Cepat ini jauh lebih murah. Karena rumah cetak ini tinggal menambah semen dan tulangan.
“Tidak perlu di lepo, karena dinding rumah cetak ini sudah licin, rapi, tinggal di cat saja”, ungkap Pak Nizam.
Dalam pembangunan rumah cetak ini, kata Pak Nizam, UGM sesungguhnya hanya mengembangkan sistim, sementara pengerjaannya dilakukan masyarakat. Pilot project rumah cetak sendiri akan dilaksanakan pada hari selasa dan rabu (29-30/8) di desa Kasongan Bantul.
“Disitu akan dipertunjukkan jika masyarakat bisa membangun rumahnya sendiri. Tanpa perlu tukang batu, tukang kayu. Semua bisa bergotong royong, anak kecil pun bisa membantu mbangun rumahnya sendiri”, tandas Pak Nizam.
Alat hasil kerja sama Pak Nizam, Dr Iman Setyarno dan Suharto pengusaha sekaligus ahli mesin ini, sudah dilengkapi dengan alat menyiku dan membuat dinding tegak. Demikian juga alat penggiling limbah.
“Dengan alat ini masyarakat bisa melihat dulu, satu rumah berdiri. Sementara dari kita menjaga kualitas campurannya”, tambah Pak Nizam (Humas UGM). 

sumber : http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=474

AWAS! AS Punya Senjata Rekayasa Gempa dan Tsunami

Angkatan Laut Rusia dalam sebuah laporan menyebut gempa bumi yang terjadi di Haiti akibat uji coba senjata HAARP (High Frequency Active Auroral Reasearch Program) oleh militer Amerika dan menyebut target berikut dari ujicoba ini adalah menghancurkan Iran dan menggulingkan pemerintah saat ini melalui gempa bumi.

HAARP mengembangkan senjata ekologi yang digunakan dengan cara mengirimkan energi luar biasa ke lapisan ionospher, memancing reaksi energi yang sangat dari seluruh molekul lapisan bagian lapisan atmospher tersebut. Fenomena ini akan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan cuaca seperti kekeringan, hujan salju, hujan lebat, cuaca dingin, tsunami, badai, gempa, dan lain-lain.

Situs Walternet dalam sebuah laporan berjudul "Apakah Amerika punya peran dalam terjadinya gempa bumi Haiti?" menulis, berdasarkan pernyataan surat kabar Russia Today, Hugo Cavez, Presiden Venezuela menuding Amerika bertanggung jawab atas terjadinya rententan gempa bumi terakhir di Laut Karibia, termasuk gempa bumi di Haiti.

Berdasarkan tayangan televisi Vive TV Venezuela, pernyataan militer Rusia ini segera menyadarkan banyak orang dan menyusul laporan ini negara-negara seperti Venezuela, Bolivia dan Nikaragua langsung meminta diadakannya sidang darurat Dewan Keamanan PBB sebagai lembaga yang harus membahas tuduhan agresi militer Amerika terhadap Haiti.

Televisi Vive Tv dalam laporannya mengatakan, laporan Angkatan Laut Rusia menunjukkan betapa mereka telah melakukan kajian mendalam atas aktivitas Angkatan Laut Amerika di Laut Karibia sejak tahun 2008. Amerika tahun 2008 menyatakan kecenderungannya untuk meremajakan Armada Keempat Amerika yang sudah tidak aktif ladi sejak tahun 1995. Setahun kemudian Rusia menjawab kecenderungan Amerika dengan mulai melakukan latihan dan aktivitas Angkatan Lautnya di sekitar Kapal Induk Nuklir Pierre Le Grand yang tidak beroperasi lagi sejak berakhirnya Perang Dingin.

Sejak berakhirnya dekade 70-an, Amerika telah meningkatkan risetnya terkait senjata HAARP. Dan sejak itu mereka memanfaatkan generator retakan dan getaran, plasma dan resonansi (gelombang suara) untuk menciptakan bomb dengan gelombang getaran yang kuat.

Laporan ini kemudian membandingkan dua uji coba yang dilakukan Angkatan Laut Amerika pekan lalu yang pertamanya mengakibatkan gempa 5,6 SR di sekitar kota Eureka di California yang tidak menimbulkan korban jiwa, sementara uji coba kedua menciptakan gempa bumi di Haiti yang sedikitnya menelan 140 ribu korban.

Sebagaimana yang ditunjukkan oleh laporan ini, Angkatan Laut Amerika kemungkinan besar mengetahui dampak luas kerusakan akibat gempa bumi di Haiti. Oleh karenanya, Angkatan Laut Amerika langsung mengutus Letnan Jendral Ken Keen, Panglima Militer Amerika di Haiti mengirim pasukannya ke sana untuk mengontrol pintu masuk dan mengawasi segala aktivitas dan upaya penyelamatan di negara ini.

Terkait target terakhir dari uji coba ini, Angkatan Laut Rusia menyatakan, tujuan akhir uji coba ini adalah menghancurkan Iran dan menggulingkan pemerintah saat ini dengan menciptakan gempa bumi.

Masih dari laporan ini, proyek HAARP juga akan memberikan Amerika kemampuan untuk menciptakan perubahan luar biasa terhadap kondisi iklim guna munculnya banjir, kekeringan dan angin topan.

Sesuai dengan laporan ini, ada informasi bahwa gempa bumi 7,8 SR yang terjadi tanggal 12 Mei 2008 di Sichuan, Cina punya kesamaan dengan dampak yang terjadi akibat gelombang elektromagnetis HAARP.
Televisi Vive TV di bagian akhir laporannya menjelaskan, pasca terjadinya gempa bumi Haiti, Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) menyatakan, USNS Comfort, kapal rumah sakit langsung dikirim ke Haiti.

Setelah itu, Michel Mullen, Panglima Staf Gabungan Militer Amerika menyatakan, militer Amerika siap memberikan bantuan darurat kepada korban gempa bumi Haiti.

Berdasarkan laporan Angkatan Laut Rusia, Amerika mengirim 10 ribu personil militer ke Haiti pasca gempa bumi dengan tujuan mengontrol negara yang telah hancur itu.

Apakah gempa yang di ikuti Tsunami di Indonesia juga bagian dari aktivitas rekayasa Angkatan Laut AS di Namru 2, atau gempa yang sering terjadi akibat dari uji coba senjata ekologi AS yang bernama HAARP. (ir/mj)